Jumat, 02 Maret 2012

Operasi Caesar Pada Sapi Bali

Ditulis oleh: drh. Langgeng Anggitobumi
pdhi online
Salah seorang tetangga melapor kerumah Jam 05.30 WIB bahwa sapinya mau melahirkan. Jenis sapi Bali dara baru mau melahirkan pertama kali dan diinseminasi buatan sembilan bulan yang lalu. Saya datang jam 07.30 WIB. Kondisi sapi gemuk dan masih sehat dan posisi air ketuban telah pecah keluar.

Sapi merejan beberapa lama tetapi proses kelahiran tidak ada kemajuan. Saya melakukan pemeriksaan, palpasi per vaginal. Vulva dilatasi maksimal, pedet masih hidup. Posisi kaki kanan terjadi ektrimitas, kaki kiri dan posisi kepala normal. . Masalah yang pertama sudah saya atasi dengan mereposisi kaki kanan menarik keluar. Selanjutnya kedua kaki saya tali dengan sebelumnya saya cuci dan saya rendam dilarutan PK. Empat orang petani sekaligus pemilik sudah siap untuk manarik.

Namun apa yang terjadi hampir 30 menit lebih dengan kekuatan yang luar biasa pedet juga tidak mau keluar. Sudah saya mereposisi semaksimal mungkin namun kepala pedet juga tidak mau melewati tulang pelvis. Masalahnya ada pada ukuran kepala pedet yang besar dan tulang pelvis. Kalau dipaksakan keluar lewat proses normal (per vaginal) diprediksikan akan terjadi gangguan pada induk post partus (perobekan vagina, paraplegia bahkan mungkin juga bisa menyebabkan paralysis). Belum lagi kemungkinan pedet mati. Dihadapkan pada kondisi seperti itu. Akhirnya saya putuskan untuk dilakukan caesar sebagai pilihannya..

Semua prosedur operasi caesar telah saya persiapkan. Dari persiapan alat sampai anestesi para lumbal telah saya lakukan ( lidocain 4 ml ). Kurang lebih dua puluh menit reaksi lidocain sudah terasa. Saya dibantu petani sekaligus pemilik mulai melakukan operasi caesar tersebut. Satu jam kemudian pedet sudah bisa dikeluarkan. Agak lama karena posisi uterus dibawah dan tertutup organ pencernaan ( rumen ). Jadi mereposisinya agak lama, selain itu kondisi pedet yang besar. Setelah dikeluarkan pedet dalam kondisi hidup dan sehat , pedet warna merah bata dengan kepala muka berwarna putih. Dari tandanya hasil inseminasi buatan dengan straw Simmental.

Setelah ditarik pedet diurus oleh pemilik sedangkan saya melanjutkan mengurus uterus yang berlubang itu. Dan memulai melakukan penjahitan dinding uterus. Saya Biarkan plasenta didalam uterus, saya masukkan yang menggantung diluar dan. mempersiapkan cat gut secukupnya, jarum, tang arteri, beberapa gunting dan needle holder.

Kemudian mulai melakukan penjahitan dinding uterus dengan model jahitan Lambert sampai dinding uterus tertutup, benar-benar rapat. Proses penjahitan sebisa mungkin dilakukan diluar rongga perut dengan cara dinding uterus ditarik keluar , namun waktu itu susah sekali menariknya karena kondisi tanpa kandang jepit dan posisi sapi yang sering bergerak. Saya biasanya hanya melakukan satu kali penjahitan pada dinding uterus. Namun bila kurang yakin akan kekuatannya, atau khawatir akan terjadi kebocoran, lakukan dua kali.

Selesai melakukan penjahitan, bersihkan rongga abdomen dari darah yang membeku dan runtuhan jaringan yang berasal dari rongga uterus. Bersihkan dengan larutan LR yang dicampur dengan Penstrep. Pembersihan ini penting untuk menghindari terjadinya adhesi antar organ viscera pasca operasi. Saya biasanya tidak memasukkan antibiotik ke dalam uterus. Antibiotik diberikan lewat injeksi intra muskular.

Bila rongga perut sudah bersih, mulai melakukan penjahitan lapisan otot dan kulit. Saya biasanya melakukan dua kali penjahitan (dua lapis). Satu lapis pertama adalah jahitan gabungan antara peritoneum, m. obliquus abdominis dan m. transversus internus. Lapis kedua baru m. transversus externus. Lapis terakhir kulit dengan silk. Pastikan saat melakukan penjahitan, lapis demi lapis otot bergabung, menyatu satu sama lain untuk menghindari adanya dead space yang bisa menyebabkan infeksi pasca operasi.

Injeksikan antibiotik, vitamin plus ATP dan analgesik begitu operasi selesai. Dengan pemberian intramuskuler dan ditambah seprotan antibiotik spray pada bekas jahitan. Jahitan kulit pada lapisan terluar bisa dilepas setelah 3 minggu setelah operasi.

Perawatan pasca operasi yang biasa saya lakukan adalah pemberian antibiotik selama 5 hari intra muscular , anti inflamasi 3 hari pertama dan vitamin plus ATP. Oksitosin diberikan setiap 3 jam sekali atau sampai 12 jam pasca operasi sampai plasenta keluar. Masa kritis selama 24 jam pertama. Selalu kontrol suhu tubuh jangan sampai lebih dari empat puluh derajat celsius.

Dengan adanya kejadian diatas bahwa sapi yang baru pertama melahirkan rentan akan kejadian distokia apalagi perkawinan dari hasil inseminasi dengan bibit yang besar misalnya simmental Limosin Brangus dan yang lainnya. Menurut Robert, 1971 bahwa pada sapi umur muda lebih sering terjadi distokia dari pada sapi yang tua. Disarankan untuk kawin alam atau inseminasi buatan dengan jenis yang sama. ( sapi Bali sengan straw sapi Bali ) dan yang paling penting adalah segera hubungi dokter hewan kalau terjadi kasus – kasus seperti diatas karena akan mengacam nyawa induk atau anaknya kalau tidak cepat diatasi. Sayangi hewan anda seperti anda menyayangi diri anda sendiri

By. Drh. Langgeng Anggitobumi ( Klinik Hewan Sembawa km.29 )

Published with Blogger-droid v2.0.4


Motto BPTU Sembawa:"Bibit Unggul Peternak Makmur"

2 komentar:

SILAHKAN KOMENTAR

Pembukaan Padang Penggembalaan(Lelang Ulang)

Informasi Lelang Kode Lelang 2903212 Nama Lelang Pembukaan Padang Penggembalaan (Lelang Ulang) Alasan Pembatalan tidak...