Kamis, 29 September 2011

Telur, Biang Kolin yang Super


Firmansyah Budiyanto
BPTU Sembawa Sumsel
Anda mungkin pernah mendengar Kolin, apalagi jika Anda penikmat siaran televisi. Seringkali Anda menjumpai iklan-iklan produk susu balita bermerek dengan bangga mempromosikan produknya mengandung kolin. Seolah-olah Kolin adalah sesuatu yang bernilai dan hanya susu dari produsen terkenal yang memilikinya. Tapi, ternyata tidak hanya susu, salah satu produk peternakan murah meriah juga punya kandungan zat ini. Produk itu adalah telur.
Apa itu Kolin?
Kolin (Choline) adalah bahan kimia organik yang digunakan sebagai vitamin B Kompleks. Kolin berperan dalam pembentukan membran sel untuk penyampaian sinyal di dalam sistem saraf dan transmisi saraf kolinergis. Kolin juga memegang peranan dalam berbagai sistem kognisi di dalam otak. Kolin adalah prekursor kimia yang dibutuhkan untuk pembentukan neurotransmitter acetylcholine yang telah terbukti oleh penelitian membantu dalam perkembangan memori dan kecerdasan. Kolin juga merupakan komponen kunci dari asetilkolin, yang menjadi sarana pengiriman pesan antara saraf dan otak.
Steven Zeisel, MD, PhD menjelaskan bahwa kolin sangat penting selama perkembangan janin, terutama masa perkembangan otak, karena ia dapat mempengaruhi tabung penutup saraf, memori seumur hidup, dan fungsi pembelajaran.
Menurut Caudill Marie Md, Phd, tubuh manusia memproduksi Kolin dalam jumlah sedikit. Namun, sebagian besar kebutuhannya harus dipenuhi dari luar. Kolin termasuk zat esensial bagi tubuh. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh tetapi tubuh tidak dapat mensintesisnya atau tidak dapat dibuat dalam jumlah cukup sehingga harus diperoleh dari makanan. Bukti zat gizi adalah esensial biasanya terlihat penyakit karena defisiensi jika zat gizi tersebut tidak ada dalam makanan. Kekurangan Kolin selama masa kehamilan dapat memberikan dampak negatif bagi pembangunan daerah otak janin, terutama yang terkait dengan memori dan pembelajaran.
Kolin dalam bahan pangan umumnya ditemukan dalam bentuk fosfatidilkolin (lesitin), seperti yang banyak ditemukan dalam susu, telur, hati, dan kacang tanah. Fosfatidilkolin mengandung kolin dengan persentase hingga 13 persen bobot per bobot.
Asupan kolin yang memadai pada setiap orang berbeda menurut usia. Rata-rata pada lelaki dewasa sebanyak 550 miligram/hari, wanita 425 miligram/hari, sedangkan pada bayi dan anak-anak jumlahnya lebih sedikit lagi. Jika asupan kolin sangat berlebihan (> 3,5 gram/hari) akan timbul gejala tekanan darah rendah, mual, dan diare. Sebaliknya, pada keadaan kekurangan kolin, akan timbul gangguan pada fungsi hati. defisiensi kolin juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin B lain yang sangat penting untuk kesehatan. Dari sisi kesehatan, keberadaan Kolin berguna untuk mencegah kanker hati, penyakit kardiovaskuler, pencegahan NTD (Nueral Tube Deffect) pada wanita hamil. Bahkan, konsumsi Kolin yang cukup dapat menurunkan resiko kanker payudara. Steven Zeisel, MD, PhD menyatakan kekurangan kolin dapat menyebabkan kerusakan hati dan kerusakan otot
Telur Si Biang Kolin
National Academy of Sciences dan Health Canada mengakui kolin sebagai nutrisi penting dengan asupan yang direkomendasikan untuk pria, wanita dan anak-anak. Kerry-Ann da Costa, PhD menyatakan Cara terbaik untuk memenuhi asupan kolin yang direkomendasikan adalah untuk memasukkan makanan kolin kaya dalam makanan.
Demikian pentingnya zat esensial, sehingga banyak dari masyarakat yang sadar gizi mengkonsumsinya dalam bentuk suplemen makanan, yang sudah tentu mahal harganya. Penelitian dari Iowa State University menunjukkan 90 % penduduk Amerika Serikat mengalami kekurangan Kolin. Namun, zat ini ternyata ditemukan dalam jumlah besar dalam sebuah produk terjangkau, yaitu telur.
Sedari dulu, sudah diketahui jika bahan pangan ini merupakan produk kaya nutrisi. Telur adalah salah stu sumber terbesar riboflavin, B12, dan Kolin. Sebuah telur berukuran besar dapat mengandung 215 mg kolin atau hampir setengah dari kebutuhan kolin pada laki-laki dewasa.
Peningkatan asupan kolin untuk wanita hamil dan ibu menyusui sangat disarankan oleh National Academy Science. Ibu hamil yang mendapatkan cukup kolin dalam menu makanannya bisa membantu mengurangi risiko cacat lahir tertentu pada bayi, dan mendukung perkembangan otak dan memorinya.
Sumber utama kolin adalah makanan yang kaya kolin. Elizabeth Ward, MS, RD merekomendasikan telur sebagai salah satu sumber pangan untuk memenuhi kolin. Dalam telur, kolin ditemukan dalam kuning telur. Telur merupakan sumber yang kolin yang sangat baik dan serbaguna. Dikatakan serbaguna, karena telur juga mengandung nutrisi selain kolin, yang dibutuhkan oleh wanita hamil dan menyusui seperti folat dan zat besi. Kandungan lainnya adalah lutein dan zeaxanthin yang membantu kesehatan mata
Table 1. Dietary Reference Intake (DRI)* Level kolin (mg/hari)
Populasi
Kecukupan Asupan
Batas atas **
Bayi
0 – 5 Bulan
121
Tidak ditentukan
6 – 11 Bulan
150
Tidak ditentukan
Anak
1 – 3 Tahun
200
1000
4 – 8 Tahun
250
1000
9 – 13 Tahun
375
2000
Laki – laki
14 – 18 Tahun
550
3000
19+ Tahun
550
3500
Wanita
14 – 18 Tahun
400
3000
19+ Tahun
424
3500
Hamil
450
3500
Menyusui
550
3500
*DRI adalah sebuah nilai yang didasarkan pada observasi atau eksperimen dalam menentukan perkiraan asupan zat gizi dari grup orang sehat, ketika RDA tidak dapat ditentukan.
**Batas atas : level tertinggi asupan zat gizi harian yang tidak mempunyai efek negative pada hampir seluruh individu dalam populasi secara umum
Demikian besar kandungan kolin dalam telur, sehingga sudah selayaknya kita mengkonsumsi produk pangan ini. Lalu bagaimana dengan telur yang identik dengan produk kolesterol? Tampaknya ini tugas bersama insan peternakan meluruskan opini salah kaprah, yang terlanjur beredar di masyarakat. Kerry-Ann da Costa, PhD menyatakan bahwa lebih dari tiga puluh tahun penelitian menunjukkan bahwa orang sehat dapat makan telur tanpa secara signifikan mempengaruhi resiko penyakit jantung atau stroke. Bahkan kolin, yang banyak terdapat di telur ini, menurunkan blood homocysteine, yang menjadi penanda chronic inflammation dan penyakit kardiovaskuler.
Sumber :
www.eggs.ab.ca
www.getcracking.ca
www.health.harvard.edu
www.CholineInfo.org
www.lowcarbdiets.about.com
www.nutrition.gov
www.babyorchestra.wordpress.com
www.kesehatan.kompas.com
www.priantary.wordpress.com


Rabu, 28 September 2011

Rencana Strategis dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Nasional Menuju Swasembada Daging









1.       Konsepsi swasembada daging (sapi dan  kerbau.)
a).     Konsep swasembada daging sapi adalah terpenuhinya konsumsi daging sapi masyarakat yang berasal dari sumber daya lokal sebesar 90%, sehingga 10% disisakan untuk impor baik sapi bakalan maupun daging. Tetapi konsep ini bukan kebijakan penerapan “kuota” tetapi dengan maksud untuk peningkatan produksi dalam negeri sehingga mencapai 90%. Peningkatan produksi dalam negeri ini akan diiringi pula oleh kebijakan lain yang bersifat  teknis maupun ekonomi yang mencakup langkah operasional peningkatan populasi dan produksi dan penjajakan kenaikkan tarif bea masuk  dan langkah-langkah penerapan SPS (Sanitary Phyto Sanitary).
b).     Swasembada daging sapi yang diinginkan akan bersifat berkelanjutan, artinya pencapaian swasembada akan didahului oleh swasembada yang on trend,  yang selanjutnya akan menuju kearah swasembada sepenuhnya sehingga ketahanan pangan bertumpu pada sumberdaya lokal. Sesudah tahapan-tahapan ini tercapai maka swasembada diarahkan kepada kemandirian dan kedaulatan pangan asal daging sapi. Pada tahap kedaulatan tercapai maka pada titik ini  kedaulatan peternak ini akan menjadi subjek yang menentukan perencanaan penyediaan pangan.
c).     Konsep swasembada juga dimaksudkan untuk pemberdayaan peternak dan ternak lokal, sehingga kegiatan-kegiatan teknis menyangkut peningkatan populasi dan produksi ternak yang dikhususkan pada ternak asli dan lokal Indonesia. Pada saat ini kondisinya ternak rakyat yang dipelihara oleh lebih dari 6 juta rumah tangga dinilai masih under performance. Misalnya calving interval sapi lokal rakyat yang masih panjang yaitu rata-rata 21 bulan diharapkan menjadi 16 s/d 18 bulan. Demikian juga berat karkas yang relative rendah yaitu hanya 150 kg menjadi 176 kg serta angka kelahiran dari 24% menjadi 30%.
d).     Salah satu prinsip Program Swasembada Daging Sapi adalah dapat dihasilkannya daging yang memenuhi persyaratan teknis yaitu aman, sehat, utuh, dan halal. Aman berarti daging tersebut terbebas dari berbagai cemaran dan residu, sehat berarti bebas dari potensi serangan penyakit, utuh berarti tidak ada percampuran dengan daging lainnya dan halal memenuhi persyaratan kaidah-kaidah agama Islam karena mayoritas masyarakat menganut agama Islam.
2.       Operasionalisasi program swasembada daging sapi kerbau
a).     Sebagai langkah-langkah teknis dan strategis, maka program swasembada daging sapi dan kerbau melakukan langkah-langkah untuk peningkatan populasi dan produktivitas. Langkah ini ditempuh dengan peningkatan kelahiran melalui kegiatan reproduksi yaitu penyelamatan sapi betina produktif, pemeriksaan dan penanganan gangguan reproduksi, intensifikasi kawin alam, optimalisasi IB, dan menurunkan kematian pedet. 
b).     Langkah teknis kedua yaitu peningkatan efisiensi dan produktivitas ternak, yang pada aspek ini akan ditangani masalah kesehatan hewan, pakan dan perbibitan. Penanganan aspek kesehatan dilakukan melalui penggulangan penyakit yang berdampak ekonomi tinggi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan. Dari aspek pakan ditangani penyediaan dan pengembangan pakan melalui revitalisasi padang gembalaan dan pengembangan kebun bibit. Selain itu dikembangkan pula integrasi ternak sapi dan sawit dan pengawetan hijauan pakan diwilayah intensifikasi kawin alam. Sedangkan pada aspek perbibitan dilakukan penguatan kelembagaan unit pembibitan pemerintah dengan rencana aksi pemuliabiakan sapi potong dan penguatan village breeding centre.
c).     Peningkatan kualitas peternak dan kelembagaan yang mencakup langkah-langkah peningkatan ketrampilan peternak sapi potong melalui fasilitasi sekolah lapang agribisnis sapi potong dan terbentuknya kelembagaan peternak melalui peran SMD dan para penyuluh.
3.       Lesson learnt dari program sebelumnya
a).     Apa yang menjadi pelajaran penting yang dapat dipetik dari program swasembada daging sapi sebelumnya? Sebenarnya program swasembada daging sapi telah lama menjadi keinginan kita bersama. Sejak Tahun 2000 telah dilancarkan program kecukupan daging sapi. Program ini berlangsung dari Tahun 2000- 2005, tetapi program tidak mencapai sasaran sesuai yang diinginkan karena pada kurun waktu tersebut program terlalu diwarnai oleh wacana, seminar serta lokakarya tanpa diikuti dengan langkah-langkah konkret baik kebijakan maupun kegiatan teknis
b).     Pada Tahun 2005-2007 terjadilah kevakuman.program sementara angka importasi baik sapi bakalan maupun daging sapi meningkat terus. Akibatnya pemerintah pusat kembali melancarkan satu program yang disebut sebagai Program Percepatan Swasembada Daging Sapi Tahun 2008-2010. Program telah memiliki langkah-langkah konkret tetapi belum didukung oleh pendanaan yang memadai sehingga program mengalami kegagalan dan angka importasi sapi bakalan dan daging sapi semakin membengkak.Tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor mencapai 25% dan angka importasi rata-rata mencapai 600 ribu ekor sapi bakalan dan daging sapi rata-rata diatas 100 ribu ton per Tahun.
c).     Tahun 2010 Menteri Pertanian kemudian kembali membentuk program swasembada daging sapi yang tercapai diharapkan pada Tahun 2014. Program telah dilengkapi dengan blue print  dan road map serta berbagai langkah untuk menjalani road map tersebut dan telah didukung oleh dana yang cukup memadai. Tetapi importasi sapi bakalan dan daging sapi nilainya belum didasarkan kepada potensi ternak lokal yang dimiliki saat ini. Sehingga sejak Tahun 2006-2010 angka importasi masih membesar juga. Puncaknya yaitu pada Tahun 2009 angka importasi sapi bakalan malahan melebihi 720 ribu ekor dan daging sapi mencapai 120 ribu ton. Apabila disetarakan dengan ternak impor maka nilai keseluruhan sapi dan daging setara dengan hampir 1,5 juta ekor. Sedangkan pemotongan ternak diberbagai rumah potong hewan di Indonesia setahunnya berkisar 2,4 juta ekor ini berarti lebih dari 60% pemotongan ternak di Indonesia telah dikuasai oleh ternak dan daging impor.
d).     Sebagai akibat terjadilah sumbatan pemasaran sapi-sapi rakyat masuk ke pasar dan rumah potong hewan, yang berdampak pada penurunan harga sapi rakyat di tingkat on farmBottle neck ini di coba diatasi dengan program swasembada dging sapi yang dalam program-programnya selalu berlandaskan pada sumberdaya lokal untuk mengangkat marwah peternak rakyat. Dan akhirnya Program Swasembada Daging Sapi yang telah dibangun hanya menyisakan output penting yaitu semakin tingginya angka impor sapi bakalan dan daging. Ini ironis ditengah tuntutan terhadap swasembada daging sapi.   

4.       Sensus ternak potong Tahun 2011sebagai blessing indisguise
a).     Baru saja kita menyaksikan hasil sensus ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau Tahun 2011 yang dilaksanakan BPS. Menurut BPS untuk sapi potong ternyata jumlahnya 14,8 Juta ekor. Jumlah ini sedikit mencengangkan dan mengagetkan banyak pihak termasuk para akademisi dan para pakar bahkan pemerintah sendiri karena jumlah tersebut ternyata jauh melampui estimasi yang dibuat oleh pemerintah. Tahun 2010 pemerintah mengestimasikan populasi sapi potong sebesar 12,6 Juta ekor sehingga untuk tercapainya swasembada daging sapi di Tahun 2014 populasi ternak sapi di harapkan mencapai  14,2 juta ekor. Dengan data hasil sensus sapi potong tersebut maka sebenarnya dapat berpotensi untuk mempercepat tercapainya swasembada daging sapi setahun atau dua tahun. Swasembada daging sapi sudah dapat dicapai antara Tahun 2012-2013.
b).     Hasil sensus sapi potong 2011 tersebut juga mematahkan teori-teori lama yang menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara net importer. Bahkan hasil sensus telah menjungkirbalikkan keadaan sehingga Indonesia sebenarnya berpotensi sebagai Negara net eksporter.
c).     Tetapi dibalik keberhasilan hasil sensus tersebut bersamaan pula dengan ancaman dihentikannya ekspor sapi dari Australia ke Indonesia yang disebabkan karena perlakuan yang kurang manusiawi di berbagai rumah potong hewan di Indonesia. Tetapi sikap Australia ini kemudian berubah karena lobi dari peternak sapi Australia dan para pengusaha sehingga impor saat ini sudah dapat dibuka kembali. Sikap ambivalensi pemerintah Australia ini menjadi pertanyaan karena sebenarnya Indonesia tidak memerlukan impor sapi lagi karena jumlah sapi lokal dalam negeri sangat mencukupi. Hanya yang menjadi masalah saat ini adalah distribusi dan transportasi ternak sapi yang terserak dimana-mana

5.       Hubungan ternak dan lingkungan hidup
a).     Peranan penting peternakan yang kian progresif dan kini terhempas pada isu global yang di hembuskan FAO pada Tahun 2006 yang pada buku laporannya Livestock Long Shadow. Dalam laporan tersebut pada dasarkannya dikaitkan bahwa peternakan adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar terhadap fenomena terjadinya perubahan iklim global. Menyusul isu tersebut muncul kelompok dan gerakan yang mulai mempropagandakan pengurangan kegiatan pengembangan peternakan bahkan ada yang lebih ekstrem yaitu berhenti mengembangkan peternakan. Kondisi ini diperparah dengan menurunnya minat generasi peserta didik bidang ilmu peternakan.
b).     Terhadap isu tersebut saya ingin menjelaskan bahwa terkait dengan isu lingkungan disuatu wilayah peternakan diharapkan memperhatikan! the ecological finger print atau tapak ekologis teknis dan daya dukungnya untuk peternakan. Apabila kedua variabel tersebut tidak saling berkompetisi atau salah satu menjadi lebih dominan maka sebenarnya usaha peternakan menjadi aman dan tidak mengganggu lingkungan.
c).     Salah satu kriteria yang mungkin dapat dipakai adalah ukuran Satuan Ternak dan lingkungan. Pada kriteria ini menyebutkan bahwa pada suatu luasan lahan padang penggembalaan dengan produksi rumput tertentu hanya dapat menampung jumlah ternak tertentu pula. Sehingga indikator daya tampungnya dapat terlihat dari apakah ternak tersebut kurus, sedang dan gemuk. Apabila ternak kurus berarti di daerah tersebut mungkin terlalu banyak ternak dan harus dikeluarkan tetapi terjadi sumbatan. Disamping itu terjadilah proses pengurangan pada padang gembalaan sebagai akibat terjadinya “over-grazing”. Selain kriteria tersebut kotoran ternak yang selama ini mungkin dianggap sebagai pencemar dapat dimanfaatkan pula menjadi biogas dalam tabung-tabung konversi. Selain hasil listrik dan gas, cairan padat yang timbul dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Disini saya melihat bahwa peternakan telah melaksanakan eco farming dan hampir semua produk  peternakan dapat diolah kembali.
d).     Justru penggunaan pupuk anorganik memiliki kontribusi besar pencemaran dan menimbulkan gas rumah kaca.

(Penulis : PSDSK PUSAT DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN – KEMENTERIAN PERTANIAN)

Telur Berkualitas, Bagaimana Memperolehnya



Telur adalah pangan kesehatan dengan nilai nutrisi tinggi yang memasuki perdagangan internasional. Konsumsi masyarakat meningkat sesuai kenaikan pendapatan dan kesejahteraan dan selaras dengan itu pasar dituntut menyediakan produk yang semakin berkualitas.
Di pihak lain, produsen harus melihat peningkatan mutu sebagai salah satu cara mengembangkan pemasaran dan usaha. Beberapa catatan berikut yang diangkat dari tulisan Dr. Terry Mabbet dalam“Far Eastern Agriculture” bisa berguna menambah pegangan manajerial untuk mengoptimalkan kualitas telur yang dihasilkan, khususnya bagi para pemula.
Kualitas telur didasarkan pada pertimbangan ilmiah tetapi masih banyak konsumen yang dipengaruhi pandangan tradisional atau bahkan mitos yang secara ilmiah terbukti tidak benar. Warna kulit telur yang coklat misalnya, banyak dipandang sebagai tanda kandungan nutrisi dan manfaat kesehatan yang lebih tinggi dibanding yang warna lebih muda. Di beberapa negara seperti Inggeris konsumen rela membelinya dengan harga premium. Pandangan serupa yang salah kaprah berlaku pula terhadap kuning telur yang warnanya lebih gelap.
Mengubah pandangan salah atau mitos demikian tidak mudah dan butuh waktu, tenaga dan biaya. Sementara itu, produsen harus menghadapi kenyataan bahwa produktivitas jenis keturunan unggas yang menghasilkan telur dengan warna kulit coklat lebih rendah dibanding yang menghasilkan telur warna kulit putih. Para pembiak telah berupaya meningkatkan produktivitas unggas penghasil telur berkulit coklat, namun semakin banyak hasilnya semakin ringan pula kulit telur yang dihasilkan.
Mutu telur terkait dengan kulit yang harus kuat agar aman ketika ditelurkan, dipungut dan ditangani. Retakan sehalus rambutpun akan memudahkan kerusakan dan infeksi bakteri SalmonellaE. coli dll. Kekuatan kulit telur terkait ketebalannya. Ketebalan kulit telur 25 mikro meter (µm) atau lebih tipis sangat mudah mengalami pecah dalam penanganan, sedangkan yang 35 µm ke atas umumnya kuat menjalani penanganan komersial. Pengaruh genetis turunan terhadap ketebalan kulit telur dan mutunya mencapai 30%, selebihnya tergantung pakan dan nutrisi ayam petelur, suhu lingkungan atau sangkar ketika ayam bertelur, dan penyakit yang dikandung ayam petelur. Suhu tinggi menjadi salah satu tantangan di kawasan tropis karena menyebabkan kulit telur yang dihasilkan lebih tipis. Ketebalan kulit telur menjadi penentu utama kekuatan kulit telur, lainnya adalah porositas, kandungan kimianya, ketebalan selaput (membrane) telur, dan ketebalan matriks protein. Komponen kimia utama penguat kulit telur adalah kalsium, posfor dan vitamin D. Penyakit bronchitis berdampak mengganggu perkembangan, kekuatan dan mutu kulit telur.
Isi telur normal meliputi kuning telur, putih telur dan kantong udara. Telur bermutu ditandai oleh kuning telur yang berada dalam posisi tepat di tengah telur dan kokoh (firm). Putih telur (albumen) jernih tidak mengandung bercak darah dan atau bercak daging. Sedangkan kantong udara mantap dan tetap dengan lebar 1,0-1,5 cm. Posisi dan keadaan kuning telur, putih telur dan kantong udara dapat dilihat melalui pencahayaan.
sinartani.com

Pemeliharaan Pedet Mendukung PSDS

Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014 yang telah dicanangkan oleh pemerintah dilakukan melalui lima kegiatan pokok yaitu, (i) Penyediaan sapi bakalan lokal ; (ii) Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal; (iii) Pencegahan pemotongan sapi betina produktif; (iv) Penyediaan bibit sapi dan (v) Revitalisasi aturan distribusi dan pemasaran ternak/hewan. Terkait dengan program tersebut maka diperlukan upaya-upaya untuk menghasilkan pedet yang jumlah dan kualitasnya dapat diandalkan. Untuk mendapatkan pedet yang berkualitas perlu perlakuan serius mulai dari penanganan pada saat kelahiran pedet sampai pedet tersebut siap disapih.
Perawatan Induk Sebelum Melahirkan. Untuk mendapatkan pedet yang cukup kuat salah satu caranya memperhatikan dan merawat induk sapi yang akan melahirkan. Sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum beranak induk sapi sudah dikeringkan dan diberi pakan istimewa dan cukup baik kualitas dan kuantitasnya. Pemberian pakan yang baik dan pemeliharaan, dimulai saat induk berada pada masa dua bulan sebelum beranak. Pertumbuhan janin terjadi pada masa itu dan diperlukan zat makanan yang penting untuk masa pertumbuhan. Hal ini juga akan memberi pengaruh pada kualitas dan jumlah antibody yang terkandung di dalam kolostrum, sebagai susu pertama untuk pedet yang memberi nilai bagi kesehatan pedet setelah dilahirkan.
Pemeliharaan di masa kering memerlukan keseimbangan ransum dan memberi dorongan untuk pertumbuhan janin. Jika induk mendapatkan pakan dengan kandungan energi dan atau protein yang rendah, maka janin boleh jadi akan tetap berkembang seperti pada umumnya, tetapi induk akan menggunakan cadangan dari tubuhnya atau keperluan pertumbuhannya untuk menjamin perkembangan kandungannya. Intinya, pertumbuhan janin memerlukan prioritas zat makanan dari pada pertumbuhan induknya atau penjagaan kondisi tubuh induk. Induk yang mendapatkan jumlah pakan yang kurang akan mengalami banyak permasalahan saat persalinan. Pada induk yang tua, mereka akan menggunakan cadangan tubuh, seperti lemak dan protein dan cadangan ini tidak akan mencukupi untuk produksi susu.
Kekurangan pakan pada ternak yang bunting tua tidak akan menyebabkan pedet lahir dalam keadaan kecil, tetapi penampilan produksi induk akan menurun setelah bersalin. Mineral dan vitamin sangat penting bagi ternak bunting tua dan perkembangan janin serta akan mengurangi permasalahan kesehatan, seperti pencegahan terjadinya retensio placenta, meningkatnya sistem immun sehingga ternak dapat melawan gangguan penyakit, seperti mastitis sebelum atau setelah beranak. Kekurangan mineral seperti fosfor, mangan, kobalt, tembaga, seng dan selenium dapat menyebabkan defisiensi pada pedet yang dilahirkan. Hal yang paling efektif untuk mencegah terjadinya diare adalah dengan melakukan vaksinasi pada ternak bunting tua dengan vaksin diare sebelum beranak. Induk dewasa harus diinjeksi 4 – 6 minggu sebelum bersalin. Induk divaksin dua bulan sebelum beranak dan diulang kembali satu bulan sebelum bersalin. Vaksin diare mengandung rota dan corona virus, E. Coli dan atau Clostridium perfingens.
Penanganan Pedet Pada Saat LahirSetelah pedet dilahirkan, merupakan periode yang sangat kritis. Oleh karena itu setelah pedet lahir perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya. Penanganan pedet pada saat lahir dilakukan apabila induk tidak bisa berperan secara optimal. Hal ini menjaga agar sifat alami atau tingkah laku ternak tidak terusak. Bantuan dapat diberikan dengan langkah-langkah sesuai tingkah laku ternak tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada di mulut dan hidung demikian pula yang ada dalam tubuhnya, menggunakan handuk (kain) yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Kemudian potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Dan jangan lupa beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir.
Penjagaan Pedet. Saat setelah persalinan, pedet harus dijaga dari terjadinya komplikasi. Induk harus bersalin dalam keadaan bersih, kering, diberi bantalan dari hamparan jerami atau serbuk gergaji. Kandang beranak berukuran 50 – 60 m2 dengan penerangan yang cukup, sirkulasi udara yang baik dan bebas debu. Induk dapat juga bersalin di luar kandang asalkan tidak terdapat gangguan angin yang kencang. Pedet yang baru lahir akan segera bernafas sesaat setelah tali plasentanya terputus. Lendir sekitar hidung harus segera disingkirkan, jangan membopong pedet melalui ketiak atau dengan mengangkat kaki belakang, pastikan pedet sudah berada pada kondisi yang aman untuk dibopong. Segera setelah beranak, celupkan 7% iodine tincture pada tali pusat pedet. Induk akan menjilati pedetnya sampai bulunya mengering, pada suhu yang dingin atau bila induk tidak mau menjilati pedetnya, gunakan kain kering untuk menyeka tubuh pedet. Hal ini bukan semata untuk mengeringkan bulu pedet, tetapi untuk merangsang sirkulasi darah. Umumnya, pedet segera dipisahkan dari induknya sesaat setelah selesai dijilat dan bulunya mengering.
sinartani.com

Memilih Daging yang Asuh

Memilih Daging yang Asuh

Agar masyarakat mengkonsumsi daging secara aman, perlu ada pemahaman dalam memilih daging yang ASUH ( Aman, Sehat, Utuh, Halal ).

Adanya kasus penyakit flu burung dan penyakit antraks di beberapa daerah endemis, telah meresahkan konsumen daging. Agar masyarakat aman dalam mengkonsumsi daging, konsumen harus mengerti dan memahami tentang daging yang ASUH dan pemilihannya.

Untuk mendapatkan daging ASUH, maka pemotongan hewan ternak harus dilakukan secara halal dan baik (halalan thoyyiban) dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi dengan hasil produksi berupa karkas utuh atau potongan-potongan karkas yang memenuhi persyaratan daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

Aman adalah tidak mengandung bibit penyakit (bakteri, kapang, kamir, virus, cacing, parasit atau prion), mikotoksin, racun (toksin) residu obat dan hormon, cemaran pestisida, cemaran zat berbahaya serta bahan-bahan/unsur-unsur lain yang dapat menyebabkan penyakit dan gangguan kesehatan manusia. Sehat mempunyai arti mengandung zat-zat yang berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Utuh diartikan tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian lain dari luar selain yang dinyatakan dalam keterangan produk dan Halal diartikan perolehan hasil produksi ternak dari penyembelihan ternak yang tidak diharamkan dan sesuai dengan syariat agama Islam.

Penyembelihan halal ( sesuai syariat agama Islam ) ada tiga aspek persyaratan yang harus dipenuhi yaitu aspek ternakyang akan disembelih, aspek orang yang akan menyembelih ( jagal ) dan aspek proses penyembelihan.

Tata cara penyembelihan ternak halal, sesuai syariat Islam sebagai berikut: 1) Orang yang akan menyembelih hewan ternak harus beragama Islam, dewasa ( baligh ) dan berakal sehat; 2) Membaca Basmallah sebelum penyembelihan dilakukan; 3) Pisau yang digunakan untuk penyembelihan harus tajam dan bersih; 4) Hewan yang akan disembelih sunnah dihadapkan ke arah kiblat;

5) Orang yang akan menyembelih disunnahkan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW dan membaca takbir sebanyak tiga kali di samping membaca basmallah; 6) Orang yang menyembelih harus memiliki pengetahuan tentang hewan halal dan haram disembelih serta penyembelihan yang halal; 7) Setelah penyembelihan darah dibiarkan keluar sampai berhenti mengalir; 8) Penyembelihan dilakukan dengan baik, hygienis dan menjaga kebersihan lingkungan.

Terjaminnya daging yang memenuhi persyaratan ASUH dijual di kios-kios di pasar resmi atau tempat yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, maka konsumen harus mengetahui persyaratan tempat yang harus dipenuhi oleh penjual daging di pasar tradisional, antara lain : 1) Los daging harus terpisah dari tempat penjualan komoditi lainnya; 2) Bangunannya permanen dan harus selalu dalam keadaan bersih, lantai kedap air, ventilasi cukup, dinding tembok dengan permukaannya yang licin dan berwarna terang atau yang terbuat dari porselin putih, dibangun sedemikian rupa sehingga dapat mencegah masuknya lalat dan serangga lainnya serta dilengkapi dengan penerangan yang cukup;

http://www.sinartani.com

Senin, 26 September 2011

Undangan Makan siang di Rumah Sustina

Senin 26 September 2011 di daerah kaplingan Sembawa, Teman kami Sustina mengundang karyawan BPTU Sembawa untuk menghadiri Makan Siang dalam rangka Syukuran karena pindah dan menempati Rumah baru, bahagia melengkapi suasana rumah dalam acara tersebut, selain menempati rumah baru saudara kami itu baru saja melangsungkan pernikahanya. Keakraban terasa diantara para pegawai yang datang dan mendoakan kebahagiaan Sahabat kami Sustina, semoga bisa menjadi keluarga yang bahagia dan dapat meningkatkan prestasinya dalam bekerja.

Rabu, 14 September 2011

Bisakah Indonesia Menjadi Negeri Produsen



Opini

www.poultryindonesia.com. Tidak secara kebetulan kalau dua tahun terakhir ini saya mengunjungi pameran peternakan Indo Livestock 2010 di Jakarta dan 2011 di Surabaya. Ada hal yang menarik perhatian saya dalam pameran tersebut, yaitu cukup banyak perusahaan dari negara China yang membuka etalase produk mereka dalam pameran tersebut. Kebanyakan perusahaan tersebut belum menjual produk mereka di Indonesia atau mereka masih pada tahap ‘berburu’ distributor.



Produk yang dipamerkan terutama adalah bahan pakan, suplemen pakan, imbuhan pakan dan obat hewan. Beberapa perusahaan yang berbeda ada yang menjual produk yang serupa seperti enzim dan mineral sumber fosfor. Tidak ada yang salah akan kehadiran mereka. Kehadiran mereka merupakan pewujudan dari perjanjian perdagangan bebas ACFTA yang sudah disepakati bersama.

Yang menarik adalah begitu tinggi semangat mereka seolah - olah mau menunjukkan kepada negeri ini bahwa mereka dapat memproduksi kebutuhan sarana peternakan yang kita butuhkan. Meskipun mereka mempunyai penduduk terbanyak di dunia ini yang jumlahnya sekitar 5 kali jumlah penduduk Indonesia, mereka bisa menjadi negeri produsen. Saya tidak tahu persis apakah kejadian sebaliknya juga terjadi, yaitu apakah pengusaha Indonesia ikut dalam pameran peternakan di negara China dan melihat ada peluang di sana.

Ada beberapa kemungkinan mengapa pengusaha negara lain tertarik pameran di Indonesia. Pertama, Indonesia merupakan pasar yang besar dilihat dari jumlah penduduk dan potensi industri peternakannya. Kedua, Indonesia tidak atau belum mempunyai produk dan teknologi untuk menghasilkan produk yang mereka hasilkan yang sangat dibutuhkan untuk industri peternakan. Ketiga, masyarakat Indonesia lebih menyukai barang impor daripada produksi dalam negeri. Keempat, mungkin merupakan gabungan dari ketiga hal yang di atas. Yang pasti, apapun alasannya, pengusaha sudah melihat akan memperoleh keuntungan kalau dapat menjual produknya di negeri kita.

Hampir semua produk dari China (bukan hanya produk yang berhubungan dengan peternakan) terkenal dengan harga yang murah bila dibandingkan dengan produk serupa yang dihasilkan oleh negara Amerika, Eropa maupun Indonesia. Saya sendiri tidak terlalu paham mengapa hal ini bisa terjadi. Ini menyebabkan produk dari negeri itu sudah membanjiri pasar kita. Bila kita ingat beberapa waktu lalu, produsen batik kita mengeluh karena pasar mulai dibanjiri batik dari China. Padahal kita tahu bahwa batik merupakan produk/pakaian tradisional yang sudah lama ada di negeri ini. Hal ini juga bisa terjadi pada produk atau sarana produksi yang dibutuhkan untuk industri peternakan.

Menurut data dari Ditjennakkeswan, produksi pakan nasional pada 3 tahun terakhir adalah 8,22 juta ton (2008), 8,40 juta ton (2009) dan 9,0 juta ton (2010) atau terjadi peningkatan masing - masing 180 ribu ton (2008/2009) dan 600 ribu ton (2009/2010). Pada tahun yang sama jumlah impor bahan pakan (jagung, bungkil kedelai, corn gluten meal, rapeseed meal, meat and bone meal, DDGS) adalah 3,58 juta ton (2008), 4,15 juta ton (2009) dan 5,70 juta ton (2010) atau terjadi peningkatan 573 ribu ton (2008/2009) dan 1,55 juta ton (2009/2010). Jika semua bahan impor ini digunakan untuk produksi pakan, maka angka ini menunjukkan bahwa kenaikan jumlah impor bahan pakan lebih besar dari kenaikan produksi pakan nasional. Dengan kata lain, kenaikan produksi kita masih sangat tergantung pada impor bahan pakan. Jagung dan bungkil kedelai adalah yang mendominasi impor bahan pakan. Tahun 2009 impor kedua bahan pakan ini 29,3% dari impor total sedangkan tahun 2010 sudah 48,6% dari impor total.

Seperti kita tahu, kedua bahan (jagung dan kedelai) bukan merupakan barang baru di negeri ini dan sudah umum diproduksi oleh petani kita. Masyarakat kita juga gemar makan jagung dan kedelai (tahu dan tempe, red). Mestinya kita memproduksi jagung dan kedelai yang lebih banyak lagi. Namun hal itu tidak terjadi, sehingga kita harus mengimpor tiap tahun dalam jumlah yang terus bertambah.

Tentunya, petani juga punya alasan mengapa tidak memproduksi jagung dan kedelai untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Dalam era saat ini, petani tidak bisa lagi didikte untuk menanam tanaman tertentu. Petani sudah cukup jeli melihat nilai ekonomi suatu komoditi. Bila komoditi tersebut dapat memberi keuntungan yang layak, tersedia sarana dan prasarana, teknologi serta jaminan pemasaran, pastilah petani kita mau memproduksi bahan yang sangat dibutuhkan tersebut. Karena kebutuhan atau potensi pasar kita memang banyak. Mungkin tidak cukup lagi kita mengandalkan petani yang hanya memiliki ½ hektar saja yang terjun untuk itu, tetapi kita membutuhkan petani (pengusaha, red) yang bisa mengelola ratusan bahkan ribuan hektar. Bila hal ini terjadi, bukan hanya kita melepaskan diri dari ketergantungan impor, tetapi juga membuka kesempatan kerja yang semakin banyak di negeri ini.

Apakah peluang tersebut hanya dilihat oleh pengusaha asing seperti pengusaha dari China yang ramai - ramai memamerkan produknya di negeri ini? Tidakkah kita dapat meniru semangat mereka untuk berproduksi sehingga negeri ini bisa menjadi negeri produsen bukan hanya negeri konsumen. Peluang pasar di dalam negeri bahkan juga di mancanegara sangat besar. Atau cukuplah kita bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan primer kita? Padahal ada ungkapan lama yang sering kita dengar bahwa negeri kita adalah ‘gemah ripah loh jinawi’ atau negeri yang subur makmur bahkan dalam nyanyian Koes Plus tersirat suburnya negeri ini sehingga ‘tongkat kayu dan batu (bisa) jadi tanaman’ . Semoga negeriku dalam usia yang sudah 66 tahun merdeka bisa menjadi negeri produsen dan bukan hanya negeri konsumen.

http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1551

Senin, 12 September 2011

Halal bi Halal BPTU Sembawa: Berharap bisa berperan lebih baik

Suasana hari raya Idul Fitri masih terasa saat BPTU Sembawa mengadakan
kegiatan Halal Bihalal yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12
September 2011. Kegiatan dimulai Pukul 10.30 bertempat di Aula BPTU.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Balai menyampaikan dalam sambutanya
berharap agar Balai ini bisa berperan lebih baik untuk Banyuasin
Kususnya dan secara nasional pada umumnya, Beliau juga sempat
menyinggung permasalahan lahan yang digarap warga semestinya dapat
diselsaikan dengan sebaik baiknya.

Galery Halal Bihalal BPTU Sembawa 2011
















Pembukaan Padang Penggembalaan(Lelang Ulang)

Informasi Lelang Kode Lelang 2903212 Nama Lelang Pembukaan Padang Penggembalaan (Lelang Ulang) Alasan Pembatalan tidak...