Hebohnya wabah flu burung atau avian influenza (AI) pada itik yang disebabkan oleh virus AI clade baru jelas menimbulkan ancaman baru bagi peternakan unggas di Indonesia. Bagaimana tidak? Serangan AI yang disebabkan oleh clade lama saja sampai saat ini belum juga tuntas.
Dari
hasil analisis sequencing R&D Medion resmi dilaporkan
bahwa virus AI yang saat ini bersirkulasi di Indonesia terdiri dari
clade lama 2.1.3 dan clade baru 2.3.2, serta menyerang
semua unggas, baik ayam maupun itik. Sirkulasi clade virus ini
juga diketahui tidak dapat dipisahkan secara geografis, sehingga
masing-masing peternak tetap harus waspada terhadap AI. Untuk itu,
salah satu cara yang dinilai masih sangat efektif dalam mengendalikan
AI ialah dengan memberi kekebalan pada unggas (ayam dan itik, red)
melalui vaksinasi, serta didukung dengan biosekuriti yang ketat.
Vaksin
Berkualitas
Organisasi
Kesehatan Hewan Dunia (OIE) menyatakan bahwa untuk mencapai tingkat
perlindungan populasi yang memadai terhadap AI, maka vaksin yang
digunakan untuk vaksinasi AI harus memiliki kualitas yang baik.
Secara umum, vaksin dikatakan memiliki kualitas baik jika segelnya
masih utuh atau etiket produknya masih terpasang dengan baik, vaksin
belum kadaluarsa (belum melewati expired date/tanggal
kadaluarsa), serta bentuk fisiknya tidak berubah.
Tidak
hanya itu, vaksin AI yang digunakan pun sebaiknya merupakan jenis
vaksin yang homolog dengan virus lapangan. Hal ini karena vaksin
homolog-lah yang akan memberikan perlindungan lebih sempurna,
sehingga ternak tidak sakit, penurunan produksi tidak terjadi dan
cemaran virus dari kotoran ternak atau pernapasan (shedding virus)
dapat ditekan.
Di
lapangan sendiri, vaksin dengan kualitas baik ternyata masih belum
menjamin akan berhasil membentuk kekebalan protektif. Apalagi jika
vaksin yang digunakan jauh homologinya dengan virus lapangan. Maka
bisa dipastikan, hasil vaksinasinya tidak akan optimal. Terkait
dengan kualitas fisik vaksin ini, ada sejumlah faktor risiko yang
mengancam terutama selama proses pendistribusian vaksin.
Seperti
diketahui bersama bahwa semua jenis vaksin AI komersial tidak stabil
pada cuaca panas (not thermostable) dan akan rusak bila
terkena sinar matahari langsung. Misalnya saja saat vaksin AI
disimpan pada suhu ruang (±30°C) maka potensinya akan
langsung turun.
Meski
semua jenis vaksin pada umumnya tidak tahan terhadap panas, namun
bukan berarti vaksin akan tetap bagus kondisinya jika disimpan pada
suhu beku. Semua jenis vaksin inaktif, seperti vaksin AI, tidak boleh
disimpan pada suhu < 2°C apalagi sampai membeku. Jika sampai
membeku, maka bisa dipastikan bahwa potensi dari vaksin inaktif
tersebut turun.
Hal
ini karena adjuvant (zat pembawa) virus vaksin akan rusak
struktur kimianya jika disimpan pada suhu beku. Itu artinya, virus
vaksin di dalamnya juga tidak akan mampu bertahan lama jika
adjuvant-nya rusak (WHO, 2006). Untuk menghindari hal
tersebut, maka penerapan rantai dingin (cold chain) wajib
dilakukan oleh produsen maupun para pengguna vaksin.
Penanganan
Vaksin oleh Produsen Vaksin
Di
tingkat produsen, sistem yang diaplikasikan dalam setiap lini
penyimpanan dan distribusi vaksin ialah cold chain system
atau sistem rantai dingin. Sistem rantai dingin merupakan sebuah
sistem pengelolaan vaksin untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu
dan kondisi yang telah ditetapkan mulai dari pabrik produksi hingga
vaksin sampai di tangan peternak sehingga potensi vaksin tetap
terjaga hingga akan digunakan.
Oleh
para produsen, vaksin yang telah lulus proses QC (quality
control), disimpan dalam cool room khusus vaksin bersuhu
2-8°C. Hendaknya cool room ini selain tersedia di pabrik
pusat, juga terdapat di wilayah pemasaran/kantor cabang/distributor
vaksin. Penyusunan vaksin dalam cool room juga harus
memperhatikan kepadatan tumpukan agar sirkulasi udara dingin tersebar
secara merata. Selanjutnya dari pabrik pusat, vaksin didistribusikan
ke wilayah-wilayah pemasaran/kantor cabang/ distributor menggunakan
mobil khusus pengirim vaksin yang dilengkapi dengan mesin pendingin
agar suhunya tetap terjaga 2-8°C.
Saat
di kantor cabang pun, cool room sebaiknya tetap tersedia agar
penyimpanan vaksin sementara sebelum diberikan ke peternak lebih
optimal. Demi menjamin produk vaksin Medivac (vaksin Medion),
dalam hal ini Medion bahkan sudah melengkapi kantor cabang dengan
fasilitas cool room. Cool room ini pun selalu di cek
suhunya sebanyak 2 kali dalam sehari agar jika terjadi masalah
kenaikan atau penurunan suhu, maka bisa segera diantisipasi.
Penanganan
Vaksin AI oleh Peternak
Lalu
bagaimana penanganan vaksin AI yang benar saat sudah diterima oleh
konsumen (peternak atau poultry shop)? Berikut
langkah-langkahnya:
1. Simpan
vaksin dalam lemari es
Vaksin
AI yang sudah sampai di tingkat konsumen bisa disimpan dalam lemari
es yang diset pada suhu 2-8°C. Adapun prosedur penyimpanannya
antara lain:
- Vaksin disimpan pada lemari es bagian refrigerator dan jangan menyimpan vaksin pada bagian freezer.
- Vaksin inaktif, seperti vaksin AI, tidak boleh disimpan pada rak yang berada tepat di depan pintu dan di bawah freezer.
- Lemari es sebaiknya dikhususkan hanya untuk menyimpan vaksin. Jangan membuka tutup lemari es terlalu sering agar suhu di dalamnya tetap stabil.
- Lakukan monitoring suhu lemari es secara rutin agar kerusakan lemari es sejak awal terdeteksi.
Di
peternakan sering ditemukan kasus padamnya listrik yang berakibat
matinya lemari es. Pada kondisi demikian, lama-kelamaan suhu lemari
es akan meningkat. Selama suhu lemari es masih dalam interval 2-8°C
maka hal ini tidak akan mempengaruhi kualitas vaksin. Oleh karena itu
saat listrik padam dan kita tidak memiliki generator listrik
(genset), maka alternatifnya kita bisa menambahkan beberapa batu es
sehingga suhu lemari es tetap optimal untuk menyimpan vaksin.
Namun
jika suhu vaksin sudah berada di luar interval 2-8°C dalam waktu
> 2 jam (untuk vaksin aktif) atau > 24 jam (untuk vaksin
inaktif), maka hendaknya vaksin tidak lagi digunakan meskipun secara
fisik tidak ada perubahan. Saat suhu lemari es melewati batas suhu
penyimpanan, dikhawatirkan kandungan mikroorganisme vaksin sudah
kehilangan potensinya dan tidak mampu menstimulasi pembentukan titer
antibodi secara optimal.
2. Membawa
vaksin
Saat
akan dibawa ke kandang, vaksin dimasukkan ke dalam marina cooler,
cold box atau termos es berisi es batu. Posisi yang benar adalah
vaksin dibawah kemudian es batu diatasnya. Hal ini terkait dengan
penyebaran suhu dingin dari atas ke bawah sehingga diharapkan vaksin
akan terlindungi. Perbandingan vaksin dengan es batu minimal 1:1.
3. Thawing
vaksin
Satu
hal yang terkadang salah di mengerti saat aplikasi vaksinasi yaitu
anggapan bahwa saat vaksinasi dilakukan, vaksin harus tetap
dikondisikan suhu dingin. Hal ini salah besar. Oleh karena itu,
lakukan thawing vaksin (peningkatan suhu vaksin secara
bertahap) terlebih dahulu sebelum vaksin AI digunakan. Thawing
bertujuan mengkondisikan suhu vaksin yang sebelumnya 2-8°C
mendekati suhu tubuh ayam (41°C) dengan cara digenggam sampai
vaksin tidak terasa dingin lagi, suhunya sekitar 25-27°C.
Setelah di-thawing, sebaiknya vaksin tidak dimasukkan lagi ke
dalam marina cooler yang suhunya 2-8°C karena bisa
menurunkan potensi vaksin. Vaksin AI inaktif harus segera diberikan
setelah proses thawing dan hendaknya habis digunakan dalam
waktu 24 jam.
Menjaga
kualitas vaksin, seperti vaksin AI bukan sebatas menyimpannya pada
suhu dingin dan hanya dilakukan di tingkat pabrik saja. Banyak titik
kritis yang harus dikontrol secara kontinyu mulai dari hulu ke hilir,
artinya sejak vaksin selesai diproduksi hingga sampai di tangan
peternak. Hal ini tidak lain bertujuan agar vaksin berkualitas mampu
membentuk kekebalan pada ayam secara optimal. Salam.
sumber : http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/penanganan-vaksin-agar-tetap-berkualitas/2-pengobatan-a-vaksinasi/981-penanganan-vaksin-agar-tetap-berkualitas
Motto BPTU Sembawa:"Bibit Unggul Peternak Makmur"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN KOMENTAR