Jumat, 02 Maret 2012

Perkembangan Situasi AI pada Unggas di Indonesia Update s/d 27 Februari 2012

1.Kasus AI yang terjadi pada unggas Periode 22-26 Februari 2012
 Jumlah kasus AI sebanyak 4 kasus di 4 desa terjadi di 4 Kab/Kota Pada 3 Provinsi, yakni Sulawesi Barat (Kota Mamuju), Jawa Timur (Pasuruan, Situbondo) dan Riau(Pekanbaru) yang telah menyebabkan kematian unggas sebanyak 262 ekor (Ayam kampung 262 ekor).
2.Kasus AI pada unggas selama bulan Februari (Periode 01-21 Feb 2012)
 Jumlah kasus AI sebanyak 43 kasus di 43 desa terjadi diKab/kota di 7 Provinsi, yakni Jawa Timur (Lumajang, Probolinggo, Ponorogo, Tuban dan Pasuruan), Jawa Barat(Cirebon, Depok, Kuningan), Sulawesi Selatan(Sidrap,Pinrang, Sopeng, Gowa dan Maros), Sulawesi Barat (Polewali Mandar), Jawa Tengah (Brebes, Pekalongan, Grobogan, Banyumas dan Karanganyar),Sumatera Utara (Deli Serdang dan Tebing Tinggi), Bali(Badung dan Buleleng) yang telah menyebabkan kematian unggas sebanyak 9.308 ekor (Ayam kampung 3.523 ekor, burung puyuh 1.700 ekor, ayam ras petelur 2.900 ekor, itik 270 ekor, ayam buras 15 ekor, ayam layer 825 ekor). Kematian pada itik dengan uji PCR positif. Keseluruhan kasus tersebut di atas sudah di respons oleh petugas PDSR
Kasus suspek Flu Burung pada manusia 1 orang di Kota Bandung, belum ada konfirmasi status pasien tersebut dari Kementerian Kesehatan. Hasil pemeriksaan terhadap sampel unggas dari sekitar lokasi rumah pasien dengan Rapid Test dan PCR hasilnya negatif virus H5N1.
Tidak terjadi peningkatan kasus AI (sporadis) pada unggas komersial (ayam ras), dan tidak terjadi kepanikan masyarakat yang berlebihan yang ditandai dengan tidak adanya penurunan harga unggas dan produknya sertatidak adanya penurunan permintaan konsumen terhadap produk unggas.
3.Kasus AI pada unggas selama bulan Januari 2012
 Sebanyak 38 kasus pada 26 Kabupaten/Kota di 11 Provinsi, yakni Jawa Tengah (Sragen, Brebes, Cilacap, Kota Tegal, Wonosobo), Jawa Timur (Lamongan, Banyuwangi, Surabaya), Jawa Barat (Bandung Barat, Bekasi, Kota Bogor), Riau (Pekanbaru, Rokan hulu), DI Yogyakarta (Gunung Kidul), Kalimantan Timur (Panajam Paser Utara, Samarinda, Bontang, Bulungan), Kalimantan Tengah (Kota Waringin Barat, Barito Timur), Jambi (Muaro Jambi), Sulawesi Selatan (Sidrap), Sulawesi Utara(Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara), Gorontalo (Kota Gorontalo).
Jumlah kasus AI pada bulan Januari 2012 ini (38 kasus) masih jauh lebih rendah dibanding pada Januari 2011 (174 kasus) dan Januari 2010 (284 kasus)
4.Kasus AI pada Unggas selama tahun 2011.
 Jumlah kasus sebanyak 1.411 kasus yang terjadi di 29 provinsi dengan urutan kasus tertinggi hingga terendah yakni : Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Jambi, Gorontalo, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bengkulu, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Barat, Aceh, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, NTT, Kepulauan Riau, DKI Jakarta dan Kalimantan Selatan terendah (Grafik-3)
Tidak terjadi kasus di tahun 2011: di Maluku, Papua, Papua Barat dan Maluku Utara.
Provinsi yang saat ini masih berstatus bebas AI adalah Maluku Utara.
Sedangkan kasus AI pada unggas komersial ayam ras, berdasarkan informasi dari Forum/Asosiasi Masyarakat Perunggasan, bahwa selama tahun 2011 relatif sedikit/menurun dibanding tahun 2010 dan dilaporkantidak ada dampak/gejolak terhadap penurunan harga dan penurunan konsumsi produk unggas.
5.Sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia yang dideklarasi pada bulan Januari 2004, kasus secara bertahap menurun setiap tahun yakni tahun 2011sebanyak 1411 kasus. Jumlah tersebut lebih rendahdibanding tahun sebelumnya 1502 (th.2010), 2293 (th 2009), 1.413 (th 2008), 2.751 (th 2007).
6.Walaupun kasus AI pada unggas secara nasional terjadi sepanjang bulan setiap tahunnya, namun berdasarkan data laporan dari lapangan bahwa terdapat kecenderungan terjadi peningkatan kasus AI pada setiap bulan Januari sampai dengan April setiap tahunnya. Hal tersebut diindikasikan antara lain bahwa selama musim hujan terjadi perubahan suhu secara ekstrim, menyebabkan daya tahan tubuh turun sehingga berbagai penyakit unggas termasuk AI turut menyerang.
Berbagai upaya strategi pengendalian AI pada unggas pekarangan telah diintensifkan terutama melalui penerapan Deteksi, Lapor dan dan Respon Cepat di lapangan oleh Tim PDSR (Tim Surveilans dan Respon Cepat AI) sehingga jumlah kasus AI pada unggas pekarangan sementara ini mampu diminimalisir, terutama guna mencegah penularannya ke manusia.
7.Guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus AI pada unggas di bulan Januari s/d April setiap tahunnya bersamaan dengan perubahan iklim yang ekstrim di musim penghujan, maka telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Pertanian kepada para Gubernur No. 35 tanggal 26 Januari 2012 guna meningkatkan pelaksanaan8 Strategi Utama Pengendalian AI pada unggas adalah (1) Biosekuriti (2) Depopulasi (3) Surveilans (4) Vaksinasi (5) Pengawasan Lalu Lintas Unggas (6) Restrukturisasi Usaha Perunggasan (7) Public Awareness (8) Penegakan peraturan dan penerapan SOP
8.Guna lebih meningkatkan pelayanan informasi kepada masyarakat telah berfungsi secara aktif SMS/Call Center AI- Direktorat Kesehatan Hewan pada nomor HP : 08118301001, disamping itu juga informasi kasus terkini dapat di upload di Website: http://ditjennak.deptan.go.id


Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza (UPPAI) Pusat
Direktorat Kesehatan Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian
Tel/Fax : 021 7812624
Email : upp_ai@yahoo.com
 
Motto BPTU Sembawa:"Bibit Unggul Peternak Makmur"

Operasi Caesar Pada Sapi Bali

Ditulis oleh: drh. Langgeng Anggitobumi
pdhi online
Salah seorang tetangga melapor kerumah Jam 05.30 WIB bahwa sapinya mau melahirkan. Jenis sapi Bali dara baru mau melahirkan pertama kali dan diinseminasi buatan sembilan bulan yang lalu. Saya datang jam 07.30 WIB. Kondisi sapi gemuk dan masih sehat dan posisi air ketuban telah pecah keluar.

Sapi merejan beberapa lama tetapi proses kelahiran tidak ada kemajuan. Saya melakukan pemeriksaan, palpasi per vaginal. Vulva dilatasi maksimal, pedet masih hidup. Posisi kaki kanan terjadi ektrimitas, kaki kiri dan posisi kepala normal. . Masalah yang pertama sudah saya atasi dengan mereposisi kaki kanan menarik keluar. Selanjutnya kedua kaki saya tali dengan sebelumnya saya cuci dan saya rendam dilarutan PK. Empat orang petani sekaligus pemilik sudah siap untuk manarik.

Namun apa yang terjadi hampir 30 menit lebih dengan kekuatan yang luar biasa pedet juga tidak mau keluar. Sudah saya mereposisi semaksimal mungkin namun kepala pedet juga tidak mau melewati tulang pelvis. Masalahnya ada pada ukuran kepala pedet yang besar dan tulang pelvis. Kalau dipaksakan keluar lewat proses normal (per vaginal) diprediksikan akan terjadi gangguan pada induk post partus (perobekan vagina, paraplegia bahkan mungkin juga bisa menyebabkan paralysis). Belum lagi kemungkinan pedet mati. Dihadapkan pada kondisi seperti itu. Akhirnya saya putuskan untuk dilakukan caesar sebagai pilihannya..

Semua prosedur operasi caesar telah saya persiapkan. Dari persiapan alat sampai anestesi para lumbal telah saya lakukan ( lidocain 4 ml ). Kurang lebih dua puluh menit reaksi lidocain sudah terasa. Saya dibantu petani sekaligus pemilik mulai melakukan operasi caesar tersebut. Satu jam kemudian pedet sudah bisa dikeluarkan. Agak lama karena posisi uterus dibawah dan tertutup organ pencernaan ( rumen ). Jadi mereposisinya agak lama, selain itu kondisi pedet yang besar. Setelah dikeluarkan pedet dalam kondisi hidup dan sehat , pedet warna merah bata dengan kepala muka berwarna putih. Dari tandanya hasil inseminasi buatan dengan straw Simmental.

Setelah ditarik pedet diurus oleh pemilik sedangkan saya melanjutkan mengurus uterus yang berlubang itu. Dan memulai melakukan penjahitan dinding uterus. Saya Biarkan plasenta didalam uterus, saya masukkan yang menggantung diluar dan. mempersiapkan cat gut secukupnya, jarum, tang arteri, beberapa gunting dan needle holder.

Kemudian mulai melakukan penjahitan dinding uterus dengan model jahitan Lambert sampai dinding uterus tertutup, benar-benar rapat. Proses penjahitan sebisa mungkin dilakukan diluar rongga perut dengan cara dinding uterus ditarik keluar , namun waktu itu susah sekali menariknya karena kondisi tanpa kandang jepit dan posisi sapi yang sering bergerak. Saya biasanya hanya melakukan satu kali penjahitan pada dinding uterus. Namun bila kurang yakin akan kekuatannya, atau khawatir akan terjadi kebocoran, lakukan dua kali.

Selesai melakukan penjahitan, bersihkan rongga abdomen dari darah yang membeku dan runtuhan jaringan yang berasal dari rongga uterus. Bersihkan dengan larutan LR yang dicampur dengan Penstrep. Pembersihan ini penting untuk menghindari terjadinya adhesi antar organ viscera pasca operasi. Saya biasanya tidak memasukkan antibiotik ke dalam uterus. Antibiotik diberikan lewat injeksi intra muskular.

Bila rongga perut sudah bersih, mulai melakukan penjahitan lapisan otot dan kulit. Saya biasanya melakukan dua kali penjahitan (dua lapis). Satu lapis pertama adalah jahitan gabungan antara peritoneum, m. obliquus abdominis dan m. transversus internus. Lapis kedua baru m. transversus externus. Lapis terakhir kulit dengan silk. Pastikan saat melakukan penjahitan, lapis demi lapis otot bergabung, menyatu satu sama lain untuk menghindari adanya dead space yang bisa menyebabkan infeksi pasca operasi.

Injeksikan antibiotik, vitamin plus ATP dan analgesik begitu operasi selesai. Dengan pemberian intramuskuler dan ditambah seprotan antibiotik spray pada bekas jahitan. Jahitan kulit pada lapisan terluar bisa dilepas setelah 3 minggu setelah operasi.

Perawatan pasca operasi yang biasa saya lakukan adalah pemberian antibiotik selama 5 hari intra muscular , anti inflamasi 3 hari pertama dan vitamin plus ATP. Oksitosin diberikan setiap 3 jam sekali atau sampai 12 jam pasca operasi sampai plasenta keluar. Masa kritis selama 24 jam pertama. Selalu kontrol suhu tubuh jangan sampai lebih dari empat puluh derajat celsius.

Dengan adanya kejadian diatas bahwa sapi yang baru pertama melahirkan rentan akan kejadian distokia apalagi perkawinan dari hasil inseminasi dengan bibit yang besar misalnya simmental Limosin Brangus dan yang lainnya. Menurut Robert, 1971 bahwa pada sapi umur muda lebih sering terjadi distokia dari pada sapi yang tua. Disarankan untuk kawin alam atau inseminasi buatan dengan jenis yang sama. ( sapi Bali sengan straw sapi Bali ) dan yang paling penting adalah segera hubungi dokter hewan kalau terjadi kasus – kasus seperti diatas karena akan mengacam nyawa induk atau anaknya kalau tidak cepat diatasi. Sayangi hewan anda seperti anda menyayangi diri anda sendiri

By. Drh. Langgeng Anggitobumi ( Klinik Hewan Sembawa km.29 )

Published with Blogger-droid v2.0.4


Motto BPTU Sembawa:"Bibit Unggul Peternak Makmur"

Kamis, 01 Maret 2012

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Cacing Pada Ternak Sapi

Pengendalian penyakit cacing adalah  salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha peternakan sapi potong. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1.Memberantas Penyakit Cacing Sejak Dini


Ternak sapi potong yang berasal dari peternakan sapi tradisional umumnya terkena penyakit cacing. Oleh sebab itu segera beri obat cacing pada bibit ternak sapi yang baru dibeli.

Jika didiamkan dan penyakit cacingnya semakin parah, pengobatan akan sia-sia. Setelah itu, lakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing. Seperti cacing nematoda yang siklus hidupnya kurang lebih satu setengah bulan, maka berikan pengobatan dua bulan sekali.

2.Perhatikan Sanitasi pada Kandang dan Lingkungannya

  * Atur drainase kandang dan lingkungan, agar tidak lembab, basah atau banyak kubangan air

  * Bersihkan rumput-rumput liar yang ada disekitar kandang.

  * Berantas perantara perkembangan yaitu siput, sebaiknya secara biologi, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek

  * Atur ventilasi di dalam kandang agar aliran udara berjalan dengan baik. Usahkan populasi ternak sapi di dalam kandang tidak terlalu padat

  * Selalu menjaga kebersihan kandang, berikut sarana pendukung serta peralatannya.

  * Berikan pakan dan air minum yang terjamin kebersihannya.

  * Hindari penumpukan sisa pakan.


3.Sistem Penggembalaan

Jika menggunakan sistem penggembalaan, hindari lahan penggembalaan becek. Selanjutnya usahakan penggembalaan di lokasi yang bergilir, jangan menggunakan padang penggembalaan yang sama secara terus menerus. Hindari menggembalakan di padang rumput yang diberi pupuk kandang yang tidak jelas asal-usulnya. Untuk mencegah perkembangan cacing hati, dapat dilakukan dengan cara menebar copper sulphate di lapangan penggembalaan. Duniasapi.com


Published with Blogger-droid v2.0.4

Sapi Potong : Yang Lokal Yang Digadang

Pulau dengan luas sekitar 12 ribu ha itu telah ditetapkan pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai lokasi pemurnian sapi aceh. Sejak ditetapkan pada 2011 lalu dan untuk selanjutnya, di dalam Pulau Raya yang masuk wilayah Kabupaten Aceh Jaya ini, mutlak hanya dan harus dikembangkan sapi–sapi jenis sapi aceh ansih. “Tidak boleh ada sapi jenis lain, khusus hanya sapi aceh!” tandas Murtadha Sulaiman, Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh kepada TROBOS.

Lanjut diterangkan Murtadha, di pulau yang dapat dicapai dengan menyeberangi pantai barat Aceh sekitar 10 menit dari daratan terdekat ini, akan ditampung 4 ribuan ekor sapi dengan perbandingan setiap ha lahan untuk sekitar 4 ekor. Sistem pemeliharaannya, akan menerapkan padang penggembalaan dan kandang koloni.

Targetnya, akan dihasilkan sapi aceh murni, atau setidaknya mendekati DNA (asam deoksiribonukleat) asli setelah diuji progeny test. “Dalam prosesnya, setiap anakan yang performanya tidak mendekati fenotip (tampilan – red) sapi aceh, akan dikeluarkan dari Pulau Raya dan dijadikan sapi potong,” imbuh Murtadha.  


Sapi Madura

Kegiatan sebangun bergulir juga untuk sapi asli Madura. Pemerintah Provinsi Jawa Timur memilih Pulau Sapudi di Kabupaten Sumenep sebagai lokasi pemurnian dan pelestarian sapi madura, sapi yang biasa untuk kerapan (pacuan) maupun dijadikan sapi sonok (sapi hias). Sensus Ternak 2011 menyebut, Kecamatan Gayam di Pulau Sapudi memiliki populasi 26.249 sapi dan didominasi sapi madura.

Suparwoko melanjutkan, model pembibitan yang dikembangkan berbasis Inka (Inseminasi Kawin Alam). Penjelasannya, teknologi IB (Inseminasi Buatan) kerap menghadapi kendala ketersediaan nitrogen cair karena musim dan cuaca buruk sehingga kapal sulit menyeberang. “Solusinya, kami seleksi pejantan–pejantan unggul sapi madura untuk dipelihara di Pulau Sapudi. Dan sesuai dengan undang–undang, perlahan sapi jenis lain dikeluarkan dari pulau,” paparnya.

Penetapan 5 Rumpun Asli

Direktur Perbibitan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Abubakar menjelaskan, pemerintah telah menetapkan sumber–sumber bibit dari plasma nutfah sapi lokal dengan mengacu Permentan nomor 48/Permentan/OT.140/9/2011 tentang  pewilayahan sumber bibit ternak. “Harapannya, diperoleh bibit–bibit sapi lokal untuk dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujarnya.

Dan untuk mendukung pelestarian plasma nutfah sapi potong asli Indonesia ini, pemerintah pusat mengalokasikan dana melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) berupa dana Tugas Pembantuan (TP) dan dana dekon yang besarannya disesuaikan dengan daerah masing–masing. “Dilakukan pula keterpaduan program seperti kegiatan pengadaan ternak  yang difokuskan kepada sapi lokal dan dikembangkan melalui kelompok VBC,” paparnya.

Sapi Aceh

Pemerintah daerah “pemilik” sapi lokal pun sibuk melakukan penataan. Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Timur, antara lain melakukan upaya pelestarian dengan membentuk sentra pembibitan VBC khusus sapi aceh. “Saat ini sudah terbentuk 20 kelompok VBC tingkat desa dan selanjutnya akan dibentuk kelompok VBC tingkat kecamatan,” jelas Kepala Dinas Peternakan Aceh Timur, Usman A Rahman.

Sapi Sumbawa

Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Syamsul Hidayat Dilaga, tahap pertama yang dilakukan adalah sosialisasi kepada peternak tentang pengakuan dan penetapan sapi sumbawa sebagai plasma nutfah asli Indonesia. “Peternak pun terus didorong untuk memperbanyak populasi atau skala kepemilikannya karena populasi total sapi Sumbawa baru sekitar 3.000 ekor,“ ujar Syamsul.

Berikutnya, kata Syamsul memperluas rasio antara sapi jantan dan betina di padang penggembalaan. Pasalnya, saat ini rasio sapi sumbawa dengan sentranya yang berada di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa ini terlalu sempit yaitu 1 jantan berbanding 3 betina. “Terlalu banyak jantan sehingga sempitnya rasio ini memperbesar potensi inbreeding (kawin sedarah - red). Ini yang ingin kami tata,” tandasnya.

Padang dan Bali

Dari Sumatera Barat, sebagai asal rumpun sapi pesisir, keterangan singkat diberikan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat,  Edwardi. Menurut dia, pemerintah daerah telah bekerja sama dengan perguruan tinggi membentuk tim kajian menyusun grand design pelestarian sapi pesisir.

Edwardi menambahkan, komitmen pun telah dibangun dengan para peternak yang memelihara sapi ini terutama di kawasan pantai Sumatera Barat mencakup Pesisir Selatan, Agam, Padang Pariaman dan Pasaman Barat.

Sementara untuk sapi bali yang legendaris, jauh-jauh hari sapi ini telah mendapat perhatian khusus. Sebagaimana dilaporkan TROBOS Edisi 144 September 2011 lalu, melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian nomor 776/Kpts/Um/12/1976, pemerintah pusat sejak 1976 mendirikan Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali) untuk pemurnian dan peningkatan kualitas genetik serta mencegah kepunahan sapi bali.

Selengkapnya baca di majalah Trobos edisi Februari 2012


Published with Blogger-droid v2.0.4

Selasa, 28 Februari 2012

Mentan Ajak Masyarakat Riau Sulap Pekarangan jadi Lahan Pangan

Menteri Pertanian, Suswono, mengajak para wanita terutama ibu rumah tangga di Pekanbaru, Riau, untuk melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Untuk menghemat pengeluaran rumah tangga terutama ketika harga kebutuhan pangan meningkat, Suswono terus mengajak masyarakat Indonesia untuk mengoptimalisasikan lahan yang ada di rumah masing-masing dengan melaksanakan program KRPL. Kali ini Mentan mengunjungi Pekanbaru dalam rangka Pencanangan Model KRPL di Provinsi Riau.

“Sudah saya wajibkan mulai tahun lalu bahwa setiap propinsi harus punya satu desa model, dan tahun ini setiap kabupaten harus ada satu desa model. Dan ini sangat memberikan manfaat yang besar. Dengan memanfaatkan lahan yang kecil bahkan yang tidak punya lahan,” kata Suswono.

Model Desa Kayen, Pacitan, menjadi salah satu contoh yang direkomendasikan oleh Mentan pada warga Pekanbaru. Rata-rata warga Desa Kayen mampu menghemat pengeluaran keluarga sebesar Rp. 200 ribu hingga Rp. 700 ribu setiap bulannya. “Usaha sekecil apapun jika dilakukan  dengan baik maka hasilnya akan baik.

 

Saya akan bicara pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

 supaya ini bisa dijalankan dengan baik. Kalau masih ragu-ragu, lihat saja desa-desa yang sudah sukses. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menjalankannya. Bahkan di beberapa daerah ada yang sudah dapat mengurangi pengeluaran keluarga Rp. 200 ribu hingga Rp. 700 ribu.

 

Bahkan di Palembang ada yang bisa dapat Rp. 1,5 juta per bulan. Dan ini potensi yang luar biasa yang selama ini terabaikan. Dan ini bisa dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga,” paparnya.

Di akhir acara, Suswono sangat berharap Pekanbaru mampu melaksanakan program KRPL ini dengan maksimal dan mampu menjadi contoh yang baik bagi kota atau provinsi lainnya.


Sinar tani


Published with Blogger-droid v2.0.4

Senin, 20 Februari 2012

Potensi Agowisata BPTU Sembawa

BPTU Sembawa sebagai salah satu UPT Peternakan di Kementerian pertanian senantiasa mencurahkan semua potensi yang di miliki agar semaksimal mungkin memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu potensi yang di miliki adalah lokasi Agrowisata yang strategis, jarak yang sangat mudah di jangkau hanya sekitar 20 km dari bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II, dan 30 km dari pusat kota Palembang tentu mudah untik di jangkau. Selain itu komoditi peternakan berupa peternakan Ayam, peternakan Sapi, kebun rumput koleksi, penginapan, dan tempat outbond yang berudara segar. Melakukan kunjungan instansi atau keluarga ke BPTU Sembawa tentu pilihan menarik untuk berwisata dan menambah pengetahuan.

Published with Blogger-droid v2.0.4

BPTU Sembawa Mendapat Sertifikat ISO 9001:2008

BPTU Sembawa telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 dengan nomor register 01 100 117 124 yang berlaku mulai 3 Februari 2012 hingga 2015. Sertifikat ini di peroleh setelah melewati berbagai tahapan yang harus dilaksanakan BPTU Sembawa. Sertifikat ini di terbitkan oleh lembaga sertifikasi Tuv Rheinland dan telah melakukan Audit di BPTU Sembawa sebagai salah satu ayarat mendapatkanya. Keberhasilan ini merupakan hasil jerij payah dan kerjasama seluruh jajaran dan karyawan BPTU Sembawa yang telah bersama -sama dan sungguh sungguh dalam bekerja. Namun mendapat sertifikat saja tidaklah cukup, namun mempertahankan dan meningkatkan manajemen tentu lebih penting sehingga perbaikan berkesinambungan dan berkelanjutan dapat terlaksana sebagai tujuan di selenggarakanya ISO 9001:2008. (MJT)

Published with Blogger-droid v2.0.4

Pembukaan Padang Penggembalaan(Lelang Ulang)

Informasi Lelang Kode Lelang 2903212 Nama Lelang Pembukaan Padang Penggembalaan (Lelang Ulang) Alasan Pembatalan tidak...