JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan masih
mengkaji ulang angkutan khusus ternak dari sentra produksi ternak ke
ibukota provinsi yang membutuhkan. Salah satu yang dikaji adalah faktor
efisiensi antara mengangkut ternak dalam kondisi hidup atau sudah dalam
wujud daging potong.
"(Angkutan ternak) ini kan masih dilihat,
kami tugasnya menyalurkan. Kami akan lihat efisiensinya seperti apa,"
kata Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby Mamahit, saat
ditemui di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (21/2/2013). Jangan
sampai juga, ujar dia, angkutan ternak disatukan dengan penumpang. Bila
sampai hal itu terjadi, imbuh Bobby, yang terjadi adalah penumpang
stres, demikian pula ternak yang diangkut.
Bobby mengatakan sentra
hewan ternak khususnya sapi banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan
Nusa Tenggara Barat. Karenanya, Pemerintah berniat membuat angkutan
khusus ternak dari kawasan itu.
Menurut Bobby Pemerintah sudah
melakukan studi banding ke Australia untuk melihat pendistribusian hewan
ternak melalui kapal laut dari peternakan modern mereka. Harapannya,
Indonesia bisa mencontoh praktik tersebut. "Tapi kita belum bisa seperti
mereka, soalnya mereka peternakannya sudah modern," aku Bobby.
Sebagai
gambaran, Bobby menuturkan angkutan darat ternak sapi di Australia
sudah menggunakan truk khusus. Sebaliknya di Indonesia, hampir seluruh
peternakan masih dikelola secara tradsional, termasuk distribusinya.
"Yang dikirim pun cuma 5-10 ekor sapi saja," tambahnya.
Saat ini
Pemerintah masih terus mengkaji beragam konsep terkait distribusi daging
sapi. Kementerian Negara BUMN, misalnya, mengusulkan dibangunnya rumah
potong hewan (RPH) di kawasan sentra produksi ternak, sehingga hewan
ternak tak perlu diangkut ke daerah tujuan dalam kondisi hidup.
Pengangkutan ternak selama ini dilakukan dalam kondisi hidup, dengan
risiko hewan tersebut stres dan berat badannya menyusut.
"Makanya
kami sedang lihat. Mana yang paling efisien. Mengangkut sapi bakalan
atau sudah potongan," ujar Bobby. Meski demikian keputusan soal angkutan
ternak lintas pulau ini diyakini bisa diambil pada tahun ini.
Bobby
mengatakan tidak diperlukan banyak persyaratan untuk mewujudkan
angkutan ternak. Bila keputusan akhirnya tetap mengangkut hewan hidup,
dia menyebutkan kapal perintis berukuran kecil bisa dipakai. Selain aman
bagi ternak, penggunaan kapal perintis kecil juga akan memisahkan
angkutan ternak dengan penumpang.
http://nasional.kompas.com/read/2013/02/22/06231560/Efisiensi.Angkutan.Ternak.Masih.Dikaji
Motto BPTU Sembawa:"Bibit Unggul Peternak Makmur"