Jumat, 22 Juni 2012

Dulu, Gurun Sahara itu Peternakan Sapi

PADA7.000 tahun lalu, Gurun Sahara ternyata wilayah peternakan sapi perah. Hal itu terungkap setelah para ilmuwan Inggris menemukan partikel mikroskopis dalam produk susu di panci dari Libya yang berasal pada 5.000 sebelum Masehi.Melalui proses kimiawi, artefak keramik tersebut menunjukkan bukti bahwa AfrikaUtara adalah area peternakan sapi pada masa itu saat wilayah tersebut lembab dan hijau. Temuan yang diterbitkan dalamjurnal Nature ini menyimpulkan bahwa susu merupakan bagian penting dalam diet mereka, meski lactose intolerance dalam tubuh manusia purba membuat mereka sulit mencerna gula susu dalam makanan."Penemuan residu (ampas) susu lemak dalam peralatan masak konsisten dengan pengolahan susu, (ini) menunjukkan bagaimana orang-orang itu mengonsumsisusu meskipun lactose intolerance," kata Richard Evershed, peneliti dari UniversitasBristol.Evershed menambahkan di Afrika Utara pembudidayaan sapi, domba, dan kambing lokal ternyata sudah dilakukan sebelum tanaman-tanaman itu dipanen. Hasil penelitian tersebut menguatkan beberapa lukisan batu dari masa lalu yangmenggambarkan kehidupan manusia purba beternak dan memerah susu. (MI/Wrt3)


Published with Blogger-droid v2.0.4

Pasokan Daging Sapi TerancamLangka

INILAH.COM, Jakarta - Pasokan daging sapiterancam langka di pasaran bila kuota impor tidak segera ditambah oleh pemerintah.Kini, jumlah daging sapi yang ada di pasar ritel hanya 70 ribu ton. Padahal pasokan normal 100 ribu ton. Artinya pasokan tersebut telah terjadi penurunan 30 persen pasokan daging impor."Agar tidak terjadi kelangkaan mau tidak mau pemerintah harus meningkatkan kembali jumlah impor daging sapi karena daging lokal hingga kini tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen", ujar Satria Hamid Ahmadi, Vice Secretary General Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Kamis (21/6/2012).Berkurangnya kuota tersebut diakibatkan oleh pembatasan jumlah impor daging sapi dan terbatasnya jumlah daging sapi lokal. Dengan kondisi tersebur, diprediksikan daging sapi akan sulit dicari di pasaran dalam menjelang puasa hingga lebaran. Sebab akan terjadi lonjakan permintaan hingga 30 persen dari permintaan normal.Pada 11 Juni 2011 lalu, APRINDO bertemudengan Direktur Jendral Perdagangan LuarNegeri Kemendag, Dedi Saleh. Hal ini untuk mengkomunikasikan hal tersebut. Namun hingga kini, mereka masih menunggu kebijakan konkrit dari pemerintah. [hid]


Published with Blogger-droid v2.0.4

Sabtu, 09 Juni 2012

Kunjungan Mahasiswa Magister Peternakan UNJA



Mahasiswa dan dosen Magister Peternakan Universitas Jambi melakukan kunjungan ke BPTU Sembawa, kunjungan ini berlangsung pada 9 Juni 2012.

Kunjungan ini dilakukan dengan melihat dan berdiskusi serta bertukar pikiran bersama pegawai BPTU Sembawa.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Kamis, 07 Juni 2012

Swasembada Daging, Mampukah?

INILAH.com, Bandung - Impor masih menjadi kebiasaan bangsa Indonesia. Sejak republik ini berdiri, nyaris tidak ada komoditas yang beredar di masyarakat yang tidak diimpor. Produk apa yang tidakdiimpor Indonesia saat ini, nyaris tidak ada jawabannya. Bahkan Indonesia yang mengklaim sebagai negara agraris, tetap saja mengimpor sebagian besar komoditasnya, termasuk beras.Demikian pula di sektor peternakan. Hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi bagi rakyat, pemerintah masih mengandalkan impor, seperti dari Australia, Selandia Baru, bahkan Amerika Serikat dan India. Volumeimpor daging sapi bahkan bisa lebih dari 100 ribu ton per tahun, baik dalam bentuk sapi atau bakalan maupun daging.Nah, saat sejumlah negara menghentikan ekspor daging sapinya ke Tanah Air, seperti pernah dilakukan Australia dan Amerika Serikat, pemerintah kita langsungkelabakan. Karena memang perbandinganpopulasi dan produksi daging sapi masih belum seimbang dengan kebutuhan rakyat Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa.Dengan tingkat konsumsi mencapai 1,9 kgper kapita/tahun, Indonesia setidaknya membutuhkan 480 ribu ton daging sapi pada tahun ini. Sedangkan populasi sapi potong secara nasional hanya mencapai 14,8 juta ekor, yang jika dikonversi menjadi daging konsumsi hanya memenuhi sekitar 60-70% dari kebutuhan. Artinya, sisanya harus dipenuhi dengan cara mengimpor.Lalu, sampai kapan bangsa ini menjadi pengimpor daging sapi? Hal ini memang sudah masuk dalam rencana pemerintah. Sejak 2000 lalu, pemerintah sudah mencanangkan untuk swasembada daging. Bahkan program tersebut pernah dua kali dicanangkan, yakni pada 2005 dan 2010. Hasilnya? gagal total. Indonesia tetap mengimpor daging sapi hingga saat ini.Swasembada daging pun kembali didengungkan pemerintah dan targetnya pada 2014 nanti, Indonesia hanya mengimpor daging sapi kurang dari 10% kebutuhan nasional. Mengapa tidak semuanya dipenuhi produk lokal?Karena memang di alam perdagangan bebas dunia ini, tidak mungkin sebuah negara menghentikan impor sama sekali.Melalui Program Swasembada Daging Sapidan Kerbau (PSDSK) 2014, secara bertahap pemerintah mengurangi impor. Jika pada 2011, impor mencapai 34,9%, tahun ini ditargetkan hanya 17,5% atau 84.740 ton. Selanjutnya pada 2013 hanya 13,8% dan pada 2014 diharapkan tinggal 9,7%.Mampukah kali ini pemerintah merealisasikan targetnya untuk swasembada daging? Tentu ini bukan tugas ringan. Perlu persiapan infrastrukturyang memadai untuk mewujudkan tekad ini. Mulai dari peningkatan populasi sapi dalam negeri, jalur distribusi, regulasi dalam bidang perdagangan, hingga menjaga stabilitas harga.Namun belum lagi program ini maju setengah jalan, tantangan sudah mengadang. Pada semester I tahun ini, misalnya, pemerintah malah akan meningkatkan volume impor sapi, denganalasan untuk memenuhi kebutuhan rakyatmenjelang Ramadan dan Idul Fitri. Tahun ini, bisa menjadi pertaruhan karena nyatanya hingga saat ini impor sapi kita masih tinggi, tak jauh beda dengan semester I tahun lalu.Keberhasilan swasembada daging ini tentunya tak akan terlepas dari upaya peningkatan populasi sapi di masyarakat, salah satunya melalui peternakan rakyat. Tentunya pengembangan peternakan sapi ini harus dilakukan secara intensif dan terprogram. Dengan kondisi alam dan geografis Indonesia, pengembangan peternakan sapi potong secara besar-besaran, bukanlah hal yang mustahil.Yang dibutuhkan saat ini adalah kesungguhan dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat peternakuntuk mewujudkan swasembada daging ini. Dan yang terpenting, peningkatan populasi sapi ini harus lebih menguntungkan para peternak. Tidak seperti saat ini, dimana harga bibit dan pakan melambung tinggi, sementara harga jual tidak menjanjikan keuntungan yang jelas. Jika peternakan memang bisa benar-benar menguntungkan rakyat terutama para pelaku usaha, swasembada daging pada 2014 pun bakal lebih mudah dicapai. [den]

Published with Blogger-droid v2.0.4

Pembukaan Padang Penggembalaan(Lelang Ulang)

Informasi Lelang Kode Lelang 2903212 Nama Lelang Pembukaan Padang Penggembalaan (Lelang Ulang) Alasan Pembatalan tidak...